Matched Content

Wednesday, October 19, 2011

Sistem produksi massal dan ekonomi kerakyatan di berbagai negara


Ekonomi kerakyatan adalah suatu ekonomi dimana rakyat aktif menggerakkan ekonomi dan menentukan jalannya ekonomi dengan tidak menyerahkannya sepenuhnya pada mekanisme pasar (dimana yang kuat yang pasti menang)

Adapula yang menyebut ekonomi kerakyatan sebagai paham dimana perekonomian bersandar pada pelaku-pelaku usaha kecil menengah (UKM).

Neoliberalisme adalah suatu ekonomi yang menyerahkan seluruh aktifitasnya pada pasar bebas, dimana rakyat dan pemerintah sama sekali tidak ikut campur. Beberapa pendapat menyatakan Neoliberalisme akan dikontrol oleh pemodal besar, siapa yang kuat dia yang menang. Neoliberalisme adalah lawan ekonomi kerakyatan.

Terlepas dari pro dan kontra terhadap kedua paham tersebut diatas, saya berusaha melihat ekonomi kerakyatan dan hubungannya terhadap sistem produksi massal dengan melibatkan rakyat di negara tersebut.

Pada sistem produksi dikenal adanya istilah produksi massal dimana suatu produk diproduksi dengan jumlah besar dengan tipe produk yang sama dan seragam, sehingga harga produknya menjadi jauh lebih murah dan kualitas baik dan seragam (konsisten).

Produk hasil produksi massal dengan harga terjangkau dan menyangkut hajat hidup orang banyak, dapat menggerakkan ekonomi negara. Berikut ini adalah beberapa negara yang berhasil dengan produk massal:

Cina terkenal dengan produk-produk murah, berhasil jadi ekonomi terkuat nomor 2 dunia menyalip Jepang, dengan jumlah penduduk terbesar di dunia dan berhasil menyerap produktifitas angkatan kerja sehingga menekan tingkat pengangguran hanya 4.1% per Oktober 2010. Cina adalah produser pangan peringkat ke 1 dunia. Beberapa produk bermerk terkenal memindahkan pabriknya ke Cina sebagai basis produksi massal, hal ini sangat menguntungkan Cina karena menyerap tenaga kerja sekaligus menambah devisa.

Jerman dengan program Volkswagen berhasil menjadi kendaraan terpopular sejak 1937 sampai dengan sekarang.

Amerika dengan Ford T model yang sederhana, gampang diproduksi dan murah terjangkau petani dan peternak (cowboy), banyak inovasi yg menyangkut hajat hidup rakyat ditemukan di AS, seperti: bola lampu listrik oleh Thomas Alva Edison, telepon oleh Alexander Graham Bell, American fast food terkenal di dunia, berbagai software dan computer hardware, dll. Tak heran jika Amerika jadi ekonomi nomor 1.

Jepang dengan sistem produksi masal yang inovatif menjadi negara industri maju walau tak punya sumber daya, Jepang selalu punya idea dan produk baru. Istilah kata: berikan orang-orang Jepang baja dan bahan bakar, maka mereka akan meraciknya dan menjadikannya kendaraan.

Inggris dengan mesin uap hasil karya James Watt merajai industri kereta api, kapal api, textil, dll. Mesin uap karya Watt berhasil menggerakkan revolusi industri dan membuat Eropa menjadi maju hingga sekarang. Mungkin tanpa mesin uap, Eropa masih seperti daerah lain yang pada waktu itu hanya mengenal kereta kuda dan perahu layar sebagai kendaraan.

India adalah negeri peringkat ke 2 terbesar dari segi produksi makanan setelah Cina. Agrikultur menyumbang 17.5% dari Pendapatan Domistik Bruto, tertinggi di dunia dari segi persentase. Beberapa industri kelas dunia sudah memindahkan pabriknya ke India, sehingga menyerap tenaga kerja dan menambah devisa.

Brazil tidak punya minyak bumi, tapi berhasil mengembangkan bahan bakar metanol dari tebu yang memakmurkan petani tebu.

Kanada dengan internet murah via Blackberry

Murah tidak selalu berarti murahan. Jika suatu produk diproduksi dengan jumlah besar dan harga terjangkau rakyat, maka mendorong perputaran ekonomi, sehingga memakmurkan rakyat dan memajukan negara. Tentu saja produk massal yang dimaksud adalah yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan diproduksi oleh rakyat di negara tersebut, dan produksi massal tidak selalu hanya dijalankan oleh satu perusahaan besar.

No comments:

Post a Comment

Your positive comment will be highly appreciated to improve this site